![]() |
Gambar ilustrasi sumber Google |
Berdasarkan hasil kajian terhadap sejumlah literatur dan sintesis dari diskusi yang di lakukan dengan mahasiswa, bahwa untuk menjadi pemimpin yang ideal harus memenuhi persyaratan tertentu. Hal ini dikarenakan tugas pokok pimpinan paling tidak meliputi tiga dimensi, yaitu memimpin sekelompok orang menggerakkan sumber daya material dan melaksanakan pekerjaan dengan dan melalui orang lain.
Pemimpin ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran dalam dirinya bahwa dia memiliki kelemahan. Misalnya, dia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, akan tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakan orang. Seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya harus memiliki persyaratan atau sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa
Pemimpin menghargai manusia tidak hanya sebagaimana adanya, akan tetapi manusia sebagai makhluk Tuhan. Dengan demikian seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja, Misalnya agama, intelegensi, kondisi fisik, tingkat sosial ekonomi dan latar belakang keturunan untuk kepentingan mendudukkan label tertentu kepadanya, melainkan memandangnya untuk sebagai makhluk Tuhan.
Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia itu makhluk Tuhan amat esensial agar pemimpin tidak bertata laku secara serta merta. Dengan berketuhanan dia tidak akan menindas, sebab alur hidup ini bersifat rotatif. Sehebat apapun dan otoriter apapun seorang pimpinan, serta sekuat apapun dia memperdaya yang dipimpinnya, tetap akan ditelan oleh perjalanan waktu. Sesuai dengan sifat pertama Pancasila, yaitu ketuhanan yang maha esa, berarti siapapun yang menjadi pemimpin di Indonesia harus percaya kepada Tuhan dan menghargai manusia sebagai makhluk-Nya.
2. Miliki Inteligensi yang Tinggi
Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan yang efektif. Mengapa kemampuan analisis ini diperlukan? Seringkali seorang pemimpin menghadapi kondisi dilematis yang dapat tidak dapat dipecahkan melalui kerangka berpikir simplistik. Sering pula dia menghadapi fenomena yang kompleks dan data yang rumit yang masing-masing harus ditelaah secara tali-temali, sebelum diambil keputusan. Organisasi besar menurut seorang pemimpin dapat berpikir secara luas, mendalam dan dapat memecahkan masalah dalam waktu relatif singkat. Banyak masalah organisasi harus dipecahkan pada saat detik-detik akhir gimana masalah itu muncul. Disinilah kecerdasan atau intelegensi memegang peran penting. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan tetapi pemimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
3. Miliki Fisik yang Kuat
Tidak jarang seorang pemimpin harus bekerja dalam waktu lama dan sangat melelahkan. Di lembah Silikon (Silicon Valley), Amerika serikat, misalnya banyak karyawan yang berangkat bekerja pada hari Senin dan pulang ke rumah pada hari Jumat. Bekerja di lepas pantai pun begitu, apalagi pimpinannya. Banyak pekerjaan organisasi menuntut kekuatan dan ketahanan fisik dalam waktu lama. Pemimpin organisasi besar mempunyai kesibukan luar biasa dan seringkali lebih sibuk dari dugaan orang banyak. Contoh lain, manusia yang lemah fisik tidak mungkin mengangkat senjata ke medan perang, kecuali ditandu semisal jendral Sudirman, seperti halnya seseorang yang rabun tidak layak menjadi pilot.
4. Berpengetahuan Luas, Baik Teoretis maupun Praktis
Kegagalan seorang pimpinan antara lain disebabkan oleh karena rendahnya kemampuan teoretis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis. Sebaliknya pemimpin yang profesional karena memiliki kedua-duanya. Dengan pengetahuan luas, tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus lulusan universitas atau akademi. Insan akademik tidak jarang memiliki pengetahuan yang sempit secara keorganisasian, sementara itu orang yang berpendidikan rendah adakalanya memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang memadai. Seorang pemimpin dituntut kemauan belajar, baik secara tim maupun pengembangan diri sendiri (Self development) secara terus menerus.
5. Percaya Diri
Percaya diri tidak sama dengan percaya pada diri sendiri dan tidak percaya pada orang lain. Sikap seseorang pada konsep dan keyakinan dirinya (self-confidence) adalah faktor penentu kesuksesan kerja seorang pimpinan. Pimpinan yang sukses bersikap konsisten atau tidak labil menghadapi situasi yang variatif. Situasi kepemimpinan yang baik pun adalah yang arah pemikiran dan kebijakan dapat dibaca diterjemahkan secara cepat dan pasti oleh bawahannya, bukan dengan menggunakan jurus mabuk.
6. Dapat Menjadi Anggota Kelompok
Seorang pemimpin selalu bekerja dengan dan melalui anggota kelompoknya. Kerja sama itu amat terasa esensi dan urgensinya, karena adanya perpaduan antara pimpinan dan anggota kelompok lah, tujuan organisasi akan dicapai secara efektif dan efisien. Seorang pemimpin berada didalam kelompok dan bukan di luarnya. Aktivitas pemimpin didasari atas kepentingan kelompok atau organisasi, bukan karena misi pribadi yang lepas dari sistem lain.
7. Adil dan Bijaksana
Sesuai dengan kodratnya manusia ingin diperlakukan secara adil. Dia tidak cukup berbekalkan bijak, melainkan juga harus bijak. Seorang pemimpin karenanya, harus membuat kebijakan dan sekaligus melakukan kebaikan. Keadilan mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Pemimpin yang menganakemaskan satu kelompok atau membebani secara berlebihan kelompok lain, berada di ambang kehancuran. Bijaksana berarti bahwa pemimpin harus menjangkau aspek manusiawi individu yang dipimpin. Derajat pengertian dan perlakuan yang sehat dan tepat mengenai diri seseorang adalah ciri lain dari pemimpin yang bijaksana.
8. Tegas dan Berinisiatif
Tegas tidak identik dengan kaku dan keras, bukan pula otoriter atau diktator. Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu, dengan didukung oleh data yang kuat atau naluri intuitif yang jitu. Berinisiatif berarti bahwa seseorang yang menduduki posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru atau tindakan lain yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu atas suatu subjek. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas staf berbuat dengan cara-cara sendiri, sepanjang tidak mematikan tujuan akhir yang diharapkan.
9. Berkapasitas Membuat Keputusan
Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat menelorkan keputusan-keputusan dengan kualitas yang baik. Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan-persoalan keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan akan dapat membawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.
10. Memiliki Kestabilan Emosi
Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa mengambil keputusan dalam situasi emergency, nuansa kesabaran itu masih tampak, dan tidak sengaja mengambil pilihan yang fatalistik. Pimpinan yang sabar didambakan oleh pengikut (followers), dan karenanya dia harus mampu mengendalikan emosi dan berpikir rasional pada situasi yang berbeda. Di dalam menentukan tindakan seseorang pemimpin dituntut tetap berada pada sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang stabil berarti pula bersikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar, teliti, dan hati-hati, karena setiap tindakan atau keputusannya mengandung suatu konsekuensi tertentu.
11. Sehat Jasmani dan Rohani
Sehat jasmani dan rohani adalah syarat mutlak seorang pimpinan. Bukan kita tidak boleh dipimpin oleh orang buta meski seharusnya tidak terjadi apalagi yang bersangkutan harus sering menandatangani dokumen, surat resmi, atau cek bank. Dapat dibayangkan, misalnya, manakala cek yang secara lisan disebut Rp. Rp5.000.000,- yang dalam kenyataan nilainya Rp 5.000.000,- bahkan lebih daripada itu. Organisasi yang mengurusi orang gila pun harus diurus oleh orang yang sehat rohaninya, apalagi yang diurus adalah orang-orang yang sehat rohaninya. Namun demikian, sehat jasmani tidak mutlak bertolak belakang dengan cacat fisik. Ukuran sehat jasmani karenanya relatif situasional. Sehat jasmani dan rohani berarti memungkinkan seseorang bekerja secara optimal dalam bidang yang dia tekuni. Hanya subjek yang mempunyai kesehatan kedua-duanya yang dapat bekerja secara sehat.
Orang-orang yang melamar pekerjaan pada suatu instansi apalagi sudah dinyatakan diterima tahap awal, biasanya diminta sejumlah persyaratan yang pada intinya berkaitan dengan segi segi jasmani dan rohani calon. Beberapa persyaratan tersebut, seperti tidak terganggu pendengarannya, ketentuan tinggi badan, tidak cacat fisik yang benar-benar mengganggu, rekomendasi Rumah sakit jiwa, surat keterangan dokter ahli paru-paru dan sebagainya.
12. Bersifat Prospektif
Organisasi beroperasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman masa lalu, kearifan masa kini, dan harapan masa depan. Masa depan memang tidak dapat diramalkan secara pasti, meskipun dapat diantisipasi jika variabelnya telah diketahui atau dianalisis secara hati-hati. Sifat prospektif itu diperlukan terutama untuk menghadapi suprasistem yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik di dalam dan di luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya.
Referensi:
Book "Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok" (Prof. Dr. Sudarwan Danim)
Post a Comment