Jhon Anak Petani menjadi Pengusaha Sukses

Gambar ilustrasi sumber Google

Sinar Bemo
- Ada seorang anak namanya Jhon, tinggal di bukit sebelah, kota Jeruk. Bapaknya sudah di dunia seberang. Dia masih kecil tetapi pemberani, tidak takut buat apa saja. tidak suka bedakan yang berbahaya dan tidaknya. Lantaran masih muda, anggapannya semua itu baik.

Suatu waktu, ia jatuh sakit, hari itu siangnya dia main sampai lupa istrahat. Malamnya dengan suara yang lembut Ia meminta ibunya dibawa ke rumah sakit, namun ibunya tidak mengindahkan permintaannya. Jhon bingung "kenapa mama tidak mau antar saya, tidak seperti biasanya" tanya Jhon dalam hatinya. Mamanya masih belum mengajaknya. Hingga dua Minggu, Jhon sudah pulih sakitnya tanpa ia berobat, sebuah mukjizat yang terjadi atasnya. 

Selepas sakitnya, Jhon bertanya kepada mamanya, saat santap makan malam di meja makan "maa kenapa tidak bawa saya ke rumah sakit berobat?" tanya anak. "Jhon dengarkan mama baik-baik," ajak mamanya. "Kamu belum sadar, banyak perbuatan salah. Jarang sekali kamu istrahat siang padahal Tidur siang mampu membuat Anda lebih sehat dan kuat. Tidak tidur siang juga memperburuk kesehatan kamu, buktinya kamu sekarang sudah alami," ungkap mamanya sambil menasehati Jhon. 

"Kamu juga jarang mandi, walaupun siang hanya main pasir, keringatan, itu juga membuat tubuh kamu tidak sehat. Masih banyak tapi mama sampaikan hanya itu saja. 

Anaknya terdiam selayak batu, diam dalam seribu renungan. Sejak itu ia mulai sadar. Alam pikirnya terbuka dan mengerti dan mampu membedakan yang baik dan tidak baik. Berkat nasehat mamanya ia sudah mulai berubah dan benar-benar dewasa untuk menanggapi semua kenyataan. 

Selepas nasehat mama, ia benar-benar sadar. Mamanya dalam diam bangga dan senyum. Suatu sore anak ajak mamanya bercerita. Anak mengawali cerita tentang tetangganya yang sudah sukses memelihara ayam. 
Anak: "Ma, saya mau piara bebek seperti tetangga kita?" Tanya anak.
Mama: "kamu yakin mau piara bebek?
Anak: "Iya Maa" Jawab Jhon dengan nada rendah yang penuh yakin.
Mama: Baik, tunggu mama dua Minggu, respon positif mamanya dalam penuh percaya. 
Anak: "Iya mama, nanti saya juga usahakan
Mama: "Iya Jhon, mama janji dua Minggu, karena di janjikan utang mama dikembalikan bulan ini, sekarang tinggal dua Minggu."
Anak: "siap mama" jawabnya sambil bangga dalam hati. 

Jhon semakin rajin, kerja di rumah. Iya mulai siapkan kadang ternak di belakang rumah. Benar ditepati utang mamanya yang di dijanjikan itu. Segera mama belikan Bebek dua ekor, jantan dan betina untuk anaknya piara di kandang belakang rumah mereka. Melihat mama memegang bebek menghampiri rumah mereka, Jhon sungguh sangat bangga sama mamanya. Ia sangat bergairah, sejak ada Bebeknya, ia semakin betah merawat Bebeknya. makan bulan, Bebeknya bertelur dan menetas 8 ekor. Ia sungguh senang dan mulai menghayal, dalam waktu yang tidak lama akan punya uang yang banyak. 

Baru mulai rintis piara Bebek, Jhon bingung dikasih makanan anak Bebek. Saat makan malam ia segera menanyakan sama mamanya. 
Jhon : "Ma makanannya anak bebek itu apa?" Tanyanya. 
Mama: "Mama saran besok siang ke toko beli pakan," jawab mamanya sambil serahkan uang. 
Mamanya terus bercerita, membuka alam pikir anaknya, ia banyak bercerita tentang peternak harus jadi sukses, selalu punya pendapatan, dan kaya bahkan sampai mampu membiayai anak istrinya suatu kelak. Senyum-senyum tipis anaknya menjadi tanda semangatnya makin kobar dalam hatinya. Ia makin terbuai semangat dalam raganya. Jhon fokuskan diri hanya menjaga dan memelihara Bebeknya yang makin banyak itu. 

Menjalan beberapa tahun, ternak bebeknya makin banyak, tetangganya sudah membelinya. Berkat tetangga menyebarkan informasi di kompleks, pasar dan gereja, semakin banyak pengunjung yang berdatangan membelinya. Namun bebeknya tidak kehabisan.

Semakin sukses memelihara ternak bebek, maka ia tidak ingin sekolah lagi, ia putuskan untuk menjadi peternak yang sukses. 

Ia semakin sukses. Mampu menyediakan kebutuhan mereka di rumah. Semakin ia berpendapatan yang besar ia bahkan merekrut karyawan agar proses peradangan Bebeknya lancar. 

Jhon pun segera merekrut karyawan dan memberikan pertanyaan kepada mereka:
Jhon: "Gaji kecil, kamu mau jadi karyawan saya?" Tanyanya.
Karyawan: "Iya kami mau jadi karyawan disini" jawab dengan muka serius.
Jhon: "Ok.. nanti kumpulin KTP sama saya, hanya itu persyaratannya."
Karyawan: "Baik, kami akan kumpulkan pada esok pagi."
Jhon: mulai hari besok kalian kerja disini, saya akan bimbingan kalian selama beberapa hari."
Karyawan: Baik, kami akan ikuti sesuai dengan arahan kamu."

Dua Minggu ia bimbing karyawannya. Mereka bangga bisa kerja yang ada upahnya, sekalipun tidak seberapa. Tak lelah rasanya lagipula tidak membebani. Sebulan mereka kerja sudah digaji oleh pemilik. 

Beberapa bulan sudah berlalu, ternak semakin melimpah. Atas berkat bimbingannya, karyawannya tidak kenal lelah untuk kerja. Mereka bahkan bangga dengan pekerjaan mereka dan perhatian Jhon yang serius. Ia bahkan upahnya di naikan karena dinilai mereka kerja sungguh-sungguh.

Setahun kemudian, ia membeli sebuah mobil pickup untuk pendistribusian bebeknya ke luar kota. Ia membagi job kepada karyawannya, tiga orang di bagian pemasaran keluar kota dan yang lain masih tetap kerja di kandang bebek. Ia juga mulai kerja sama dengan beberapa warung bebek yang ada di sekitarnya. Dan setiap hari tunggu telpon dari pihak rumah makan. 

Jhon semakin terkenal dengan usahanya yang dirintis beberapa tahun lalu itu. Beberapa pejabat datang ke tempatnya untuk melihat dan membeli bebeknya untuk di konsumsi dalam kegiatan kepemerintahan dan pribadi. Tanpa sengaja pengunjung pejabat ini menceritakan kepada pimpinan daerah, ia pun jadi penasaran, ia bahkan merencanakan waktu untuk datang lihat dari dekat. Hari terakhir Minggu itu, kepala daerah dan rombongannya menghampiri rumahnya yang tak bentuk, di kelilingi pagar kandang bebek, lagipula bau ampas bebek itu makin kecium di hidung mereka. Bupati ajak masuk sama-sama kedalam dan ratusan bebek yang terlihat sebuah lapangan hitam itu mengagumkan mereka. Bupati mulai bertanya pemilik:

Bupati: "Sejak kapan kamu mulai usaha ini?"
Jhon: "dua tahun lalu Pak"
Bupati: "luar biasa anak, bapa kagum sekali, tidak ada anak muda seperti ini, hanya kamu."
Jhon: "iya pak terimakasih"
Bupati: "supaya usaha kamu berkembang, Bapak akan memberikan uang sebagai dukungan Bapak untuk kamu senilai 50 juta."
Jhon: "Terimakasih banyak Pak." Ucapnya sambil nangis.

Bupati katakan kepada beberapa pejabatnya "dalam kegiatan kepemerintahan, belilah daging bebek untuk dikonsumsi," memintanya. Kemudian mereka pulang meninggalkan pengusaha bebek dan karyawannya. 

Karyawan yang masih saja semangat itu, dalam diam hanya tersenyum tipis, menggembirakan hati mereka. Kedatangan bupati menjadi nilai plus bagi karyawan untuk kerja sungguhan. Apalagi pengusaha ini punya pengertian yang cukup dewasa dan besar. Kerja mereka dinilai tidak merugikan sehingga upah mereka terus di naikan. 

Pengusaha ini semakin sukses dan menjadi perhatian publik, kerja kerasnya membuahkan usahanya sukses. Mampu menghidupi keluarga dan para karyawannya. 

Setelah dia punya modal yang cukup kuat, ia bahkan membuka lalapan di depan rumahnya yang orang jarang sekali berkeliaran. Ia pekerjakan mamanya di warung itu. Diperuntukkan untuk buka malam saja, sebab warung lalapan. 

Beberapa Minggu kemudian, karena ia di kenal pengusaha sukses, kompleks itu menjadi ramai ketika jam sudah pukul 17.00 di warung mamanya, pengunjung berdatangan untuk makan di tempat ini dan bungkus. Setahun kemudian sudah bisa dipesan dari mana-mana, kantor, sekolah dan lainnya. Kerja yang makin berat, Jhon merekrut beberapa orang pemuda menjadi pembantu mamanya dan diupahinya. 

Jhon semakin sukses, disampingnya itu, ia juga membuka kios. Halaman depan rumah mereka terisi padat dengan warung dan kios sekalian depot air. Jhon semakin sukses dan semakin dikenal publik. Ia bahkan di undang ke seminar wirausaha dan kepelatihan yang diinisiasi pemerintah daerah. 

Ia tidak harus kerja lagi di kandang, ia hanya menerima laporan dari arus bawa dan mengupahi karyawannya. 

Karya: Mion

2 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post