Gambar ilustrasi, sumber google
Sinar Bemo - Siang itu cerah, panas mederai air keringat membanjiri raga yang penuh sehat. Pulanglah Si pria berjenggot makin putih itu, ayah lima anak laki-laki.
Lantas lepas baju yang agak basa, bau keringat ia mengatakan
"Mak, sudah masak?" tanya dengan penuh lapar.
"Ya, Pak Sabar ya, jangan teriak riang, nanti ngundang tetangga," jawab ibu lima jagoan itu.
"Kok balas ya," jawab pria berjenggot wajah tak bentuk karena emosi.
"Pak, jangan nyala, sudah disiapin kok, kenapa dibuat masalah, kata ibu, sambil nada yang meredah.
Pak Asrul pria keras kepala, tak suka di gurui, suka ikuti kemauannya. Ia salah satu pria yang tidak disukai teman-teman sekerjanya, atas tindakannya yang ia tunjukkan terhadap mereka. Sangat menonjol egoismenya..
Suatu waktu, ia di percayakan pekerjaan dari atasan mereka. Banyak perintah tanpa kerja adalah sikap dasar sejak masih usia belia, ia merasa itu beban yang besar.
Setibanya di rumah, ia segera mengajak istrinya ngomong, sambil mencari alasan yang harus dipercaya sang pendampingnya.
"Mak, aku mohon maaf ya, perlakuan bapa beberapa waktu lalu, memang aku belum sadar kalau itu salah akan tindakan keras salah," mohon dengan nada halus.
"Ya nggak papa pak, kan udah lewat, emang pak bisa narik waktu ya? Ngak kan," Jawabnya menerima permohonan suami.
"Ya mak, tapi aku jadi malu atas perbuatan ku sendiri," katanya sambil tersenyum dalam hatinya.
"Ya... ngapapa pak, jangan nyesel ya, hidup itu, tak seindah kata,"
Ia pikir sudah merebut hati sang istrinya yang ia sedang bertanya akan di terima atau tidak itu.
"Mak... Bisa ngak bantuin bapa?" Tanyanya.
"Ada apa pak?"... Jawab penuh bertanya.
"Mak, Bapa punya pekerjaan padat, malam ini segera aku selesaikan Mak, bisa ngak bantuin bapa?"
"Ohw... Bisa Pak," jawab penuh yakin.
"Oh ya, Mak... bapa bendahara di kantor ku tapi aku bingung diminta buat laporan keuangannya, kan baru diangkat sebulan lalu," katanya dengan penuh mohon.
Oh ya pak, masalah gampang, ingat upahnya ya pak. Lagipula aku lulusan S1 Akuntansi, aku beresin.
"Iya maa beres," jawaban penuh meyakinkan sang istrinya.
Semalam lembur, mengerjakan pekerjaan suami, paginya dengan penuh bertanya, ia gegas bangunkan istrinya dengan penuh bertanya dalam hati.
"Jusssst Mak, bangun, bangun... Udah siang kok ngak sadar diri sih."
Istrinya segera bangun, ia mengatakan, "pak tugas udah beres, ingat janjinya ya pak." Kata sang istri yang penuh mengantuk."
"Ia Mak, beres, tapi... Nunggu kabar ya..."
"Ok pak jangan lama ya..." Jawab dengan kecewa.
Belum tepati janjinya. Istrinya menunggu dengan penuh sabar, sang suami masih saja molor, tidak memberi harapan.
Tiga bulan kemudian, akibat kerja yang tidak becus, Asrul di turunkan jabatannya, pada tingkat pimpinan seksi. Ia kecewa sekali. tidak jujur, adil dan malu menatap istri yang penuh sabar itu.
Sang istri yang baik, mengajak sang suami bongkar isi hatinya yang sang istri sedang terkesan itu. Ia banyak diam dalam waktu yang panjang, istrinya masih menunggu jawaban.
Suatu waktu, akibat memikul beban pikiran sang suami mulai sakit-sakitan, sesak nafas, makin kurus, istri yang baik, cukup perhatian kepada suaminya, rawat dengan cara sendiri hingga makan bulan dan Dia sembuh.
Suatu waktu istrinya bertanya...
"Pak kenapa diam aja, kok ngak mau terbuka dengan aku, emang aku ini siapa ya pak?" Tanyanya sambil mata kaca.
Mak... Pak mohon dengarin ya..
"Iya pak," jawabnya.
"Mak, aku sadar, aku ini sebenarnya orang yang galak, suka marah, emosi ku yang tak terkontrol lagi."
"Aku suka marah, membelah diri, hingga aku merebut jabatan tinggi itu, selayaknya bukan Aku."
"Ohw pak, ngapapa ya, aku senang pak udah berubah, sekarang udah tidak kayak dulu lagi," pujian penuh sukacita.
Anak-anak yang penuh takut, bahagia atas kesadaran ayah mereka.
Kaka pertama Agus sudah SMA sedikit lagi tamat, saat rumah sepih, hanya berdua di ruang tamu, bapak mengatakan.
"Nak, kamu udah Gede, rawat adik-adik mu baik ya. Mereka masih kecil," mohon ayahnya.
"Iya pak, tapi kenapa pak katakan seperti itu, emang bapa mau kemana?" Jawaban penuh penasaran.
"Nggak pergi, bapa sampaikan supaya, kamu jadi dewasa mengatur rumah tangga."
Seminggu kemudian, anak-anak asyik main di halaman rumah, ayahnya tak tersadarkan di ruang tamu di atas kursi sofa.
Waktu sudah pukul 15.20, Agus masuk, ia pikir bapanya sedang tidur, namun pukul 20.00 anak cek bapanya, masih tidur seperti tadi.
Dia segera menyentuh tapi tidak bergerak. Agus gegas menangis dengan suara yang keras dan sang istri serta anaknya kaget mendengar suara menangis yang kesan ayahnya meninggal.
Segera mereka peluk ayah dan sang suaminya itu dan menangis seperti sedang berbagi suara.
Suara nangis yang sampai bergema di luar mengundang tetangga datang.
Beberapa Minggu kemudian, sang istri menyesal atas perbuatannya yang suka membalas Sang suami dan menuntut sang suami yang sebenarnya sadar atas tindakan yang melebihi dari yang sesungguhnya.
***
Masa ujian anak pertamanya tiba, ibu seorang lima anak itu mengajak anaknya berbincang dengannya.
"Nak, sebentar lagi kamu akan pergi kuliah, tapi sementara ini belum urus pensiunan bapa kamu. Bantu mama dulu ya, lagipula masih ada waktu."
"Ma... Kita beresin ini, adik-adik ku semua masih kecil," anak pertamanya mengiyakan permintaan mama.
"Makasih nak, sudah bersedia." Ucap mamanya.
Selang beberapa waktu, urusan mama dan anaknya beres.
Dia sudah lulus SMA, waktunya ia berangkat kota lanjutkan studi. Ia meminta mamanya agar tidak bersedih.
"Mak besok aku udah berangkat, jangan khawatir ya, pasti aku baik saja disana," pesannya.
"Iya Nak, jaga diri baik-baik, fokus sekolah ya," pesan harapnya.
"Ia Mak, pasti aman," jawabnya dengan senyum tipis.
Esoknya tiba waktunya Agus berangkat. Sambil mamanya nangis antarnya sampai di jejak mobil hilang.
***
Agus anak yang rajin dan fokus, ia sudah tiba di puncak studi. Tinggal dua bulan lagi wisuda, ia beritahu mama dan adik-adiknya.
Tur tur tur dering hp mama bunyi segera mama menjawab telpon.
Mama: "Halo.."
Agus: "iya maa... Dua bulan lagi aku wisuda," jawabnya dengan penuh bahagia.
Mama: oh.. kamu wisuda bulan depan?
Agus: "iya ma..."
Mama: "mama sama adik-adik kami datang,"
Agus : "Ia maa..." Jawabnya sambil tutup telpon.
Sebelum tiga hari mama dan anak-anak tiba di kota. Agus jemput mereka di bandar udara. Bawa mereka ke kost yang dia huni selama empat tahun.
Di hari wisuda, pagi-pagi Agus sudah bangun, siapkan sarapan dan ia mengajak makan. Waktu menunjukkan pukul 7.00 wit, ia mengajak mamanya siap.
"Maa... Siap ya, jam 9.00 kita udah di ruangan," ajaknya.
"Ia nak, mama mandi dulu ya,"
"Iya maa..."
Adik-adik segera siap juga. Sekarang semua sudah siap, dan mobil yang Agus sudah booking sebelum satu hari sudah tiba. Bunyi klakson mobil pii...p pii...p pii...p yang agak panjang mengajak mereka naik Mobil.
Kurang lebih lima belas menit, mereka tiba di halaman yang penuh rapi parkiran mobil. Mama dan Agus segera masuk di ruang penuh ber-AC itu.
Dalam ruangan sudah 30 menit, segera nama Agus disebut dan mata mama tertuju sambil nangis-nangis. Ia tunduk kepala dan masih nangis. Akhirnya acaranya udah selesai.
Sebagai Anak pertama, melihat adik-adik ia tangisi adik-adiknya yang masih di tingkat bawa. Mereka pulang menuju tempat wisata yang agak jauh dari kota.
"Kita ke Wisata alam ya, mumpung masih siang," kata Gus.
"Ia Gus, makasih ajak kami jalan-jalan," jawab sontak bareng mereka.
"Oh ya... Kita makan dulu ya," tanya Gus.
"Nanti pulang aja ya Gus," jawab mama.
Kurang lebih satu jam, mereka menikmati keindahan alam. Mereka pulang, sampailah mereka di kos.
Esoknya mama dan adik-adiknya berangkat menuju kampung. Mereka segera naik taksi menuju bandara. Agus antar sampai di Bandara.
Satu bulan selang, Agus pulang, menuju kampung halaman. Seminggu kemudian baru ia dapat informasi ada penerimaan karyawan di tempat kerja bapanya, segera Dia lamar dan diterima.
Kinerja Agus cukup menarik perhatian publik, proses kenaikan pangkat yang sangat cepat membawa kemajuan perusahaan dan kebahagiaan keluarga. membiaya adik-adiknya.
Suatu saat mama ajak Agus segera nikah.
"Gus..., Kamu udah lama sendiri, segera nikah ya," ajak penuh harap.
"Mak.. aku nggak kepikiran nikah kok mama bicara gitu,"
"HM... Gus, mama sampaikan aja ya."
"Iya maa... Nanti aman, tenang aja, hehe."
***
Agus tanggung jawab terhadap adik-adik selayak bapaknya. Ia sudah biayai adik-adik. Keempatnya sudah sarjana.
Agus yang menjadi ayah dari adiknya, ia segera menikah seorang gadis yang di desa tetangga. Dan memilih tinggal di rumah sendiri yang ia beli.
***
Sedih, tapi memotivasi
ReplyDeletePost a Comment