Aku Belum Jatuh Cinta

Gambar ilustrasi Sumber: Google

Setelah lulus SMP, tahun 2011. Oh iya! nama sekolah kami adalah SMP negeri 1 Tigi, Wakeitei, kini Waghete ibu kota Kabupaten Deiyai sejak tahun 2008. Teman-teman urus surat keterangan lulus, selama beberapa hari di ruang guru (Kantor), saat itu. Saya jadi bingung karena banyak teman-teman katakan lanjut SMA di kota sambil antrian di pintu masuk. Getaran kata-kata teman menggugah hati saya dan berubah pikiran dengar teman-teman yang hendak mau sekolah di kota, sehingga segera saja urus surat keterangan lulus. Saya mulai tidak betah lagi karena pikiran saya di kuasai oleh kata kota jadinya malas tinggal dan sekolah di Waghete lagi (Istilahnya ikut-ikutan).


Sore hari, setelah siangnya urus SKL, saya tanya bapa dan mama “Saya mau SMA di Nabire” tetapi dengan penuh pertimbangan bapa bilang “Kami orang tua tidak setuju” namun saya pertahankan pendapat saya, sambil menangis karena tidak betah. Akhirnya bapa dan mama setujui untuk saya berangkat ke Nabire. Walaupun dalam hati kecil mereka tidak rela untuk saya berangkat. 


Saya berangkat ke Nabire. Oh iya, keberangkatan saya saat itu pertama kali, sebelumnya belum pernah jalan ke Nabire. Demikian juga ada beberapa teman saya. Kami berangkat naik mobil Kijang pukul 10.30 wit dan sampai di Nabire pukul 22.45 wit, melewati medang yang sangat ekstrim saat itu. Tidak seperti sekarang, jalannya sudah aspal. 


Setelah beberapa hari di rumah, Kapleng jalan Kendari Kali susu, saya dan teman berinisial N.K yang SD dan SMP di Nabire, berangkat ke sekolah untuk daftar. Awalnya kami rencana mau daftar di SMKN 1 Nabire tapi tidak jadi. Tetapi waktu itu, kami daftar di SMA Negeri 1 Nabire. Kami lulus tes dan di terima. 


Setelah kegiatan belajar mengajar sudah aktif dan sudah berjalan beberapa Minggu. Suatu pagi tepat jam mata pelajaran SOSIOLOGI saya lupa nama ibu gurunya. Saat tengah dia menjelaskan materinya (Saya lupa judul materinya) Ibu guru bertanya begini “Siapa disini yang sudah pernah jatuh cinta angkat tangan” teman-teman satu kelas semua pada angkat tangan, hanya saya yang tidak angkat tangan karena memang saya belum tahu jatuh cinta itu seperti apa. Sambil angkat tangan, teman-teman mulai lihat ke kiri dan ke kanan dan mulai menatap ke saya sambil tertawa sangat ribut mengganggu kelas tetangga saat itu. Setelah teman-teman tenang, ibu guru tanya balik ke teman-teman “Kalian tahukah tidak, kenapa dia tidak angkat tangan” lalu teman-teman ada jawab “tidak tahu” ada yang bilang “tanya dia sendiri” lalu ibu guru sampaikan “Simion tidak angkat tangan karena dia belum tahu yang namanya pacar dan jatuh cinta” hal itu saya membenarkan dalam hati karena memang saat itu saya tidak ada pikiran dan motivasi untuk pacaran. 


Setelah jam belajar berakhir dan ibu guru tinggalkan kelas, teman-teman dekati saya dan ditanya “benar kamu tidak punya pacar kah?” Jawaban Ku hanya kata “yaa” saja dengan malu-malu, maklum baru turun kota, baru penyesuaian di lingkungan wajib bahasa Indonesia itu. 


Keesokan harinya, saya masih ditertawai oleh teman-teman di kelas, tetapi saya hanya diam saja. Tidak balas kata-kata mereka, karena bingun mau mulai berkata dari mana, bahasa sangat minim sekali. 


Saya dengan penuh ketakutan 


Ini hanya sebuah Cerpen tentang pengalaman saya hidup saya, ketika baru sekolah di tingkat SMA.


Post a Comment

Previous Post Next Post