Danau Tigi Sumber Kehidupan dan Bernilai Ekonomis

Gambar Danau Tigi, sumber Google


Danau Tigi merupakan sebuah danau yang terletak di Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua, Indonesia. Danau ini terletak di kaki Gunung Deiyai dan berada pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut sehingga daerah sekitar danau Tigi beriklim pegunungan yang dingin. Wikipedia

Danau ini memiliki kedalaman sekitar 150 meter dan terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Duamo. Danau ini berada di dalam wilayah adat Meepago bersama dengan tiga danau lainnya, yakni Danau Paniai, Danau Tage, dan Danau Makamo yang sama-sama berada di kawasan kaki Gunung Deiyai.

Perkembangan Ekosistem Air Danau Tigi

Ikan yang di temui dulu adalah mujair, ikan mas, lele satu-satu dan udang satu-satu. Ikan yang ditangkap oleh masyarakat ketika menjala atau mancing adalah dominan ikan Mas dan Mujair. Dengan berbagai cara masyarakat dapat menangkapnya seperti menjala, mancing, tangkap tangan dengan menyelam, Tombak atau Kalawai, dan buat kolam dengan rumput, lalu di tinggalkan cela kecil sebagai pintu untuk ikan masuk, lalu di biarkan satu hari atau beberapa jam untuk ikan masuk, setelah itu dikasih tutup secara pelan-pelan, lalu kemudian dikaburkan air dengan alang-alang dan rumput air, lalu tunggu kepala ikan naik lalu di tanggap dengan tangan dan keramba. Ini yang biasanya dilakukan oleh masyarakat nelayan. 

Akhir-akhir ini, para nelayan mengatakan, "banyak jenis ikan yang bermunculan seperti Lele Jumbo, ikan Gabus, ikan Belut, ikan Gasdor dan Udang, dengan kehadiran jenis ikan baru ini, ikan yang sudah ada sejak dulu mulai hilang sepertinya ikan mas ini, kami jarang sekali dapat ikan ini." Saat ini, Ikan Lele Jumbo, menjadi trend di kalangan masyarakat nelayan di sekeliling danau Tigi, ukuran ikan Lele Jumbo cukup besar, jika diuangkan biayanya hingga ratusan rupiah untuk satu ekor saja apalagi 5 atau 6 ekor bisa dapat jutaan. Jadi saat ini di danau sudah banyak jenis ikan-ikan yang bisa hidup di air tawar seperti danau Tigi. 

Sumber Daya Air, Sumber Kehidupan

Sumber daya Air ada di danau Tigi, merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekeliling danau, sejak dulu kehidupan masyarakat menjadi biasa untuk bersahabat dengan air, karena tidak ada yang membatasi untuk mencari Ikan di danau maka orang tua, pemuda dan anak-anak biasa mencarinya. Kapan saja bisa, asal ada perahu, alat mancing dan lainnya, Sehingga siapa saja yang ingin mencari ikan bebas. Ketika nelayan mendapatkan ikan, ada yang jual, ada yang cukupkan hanya untuk konsumsi bersama keluarga, ada yang bagi tengah; sebagian jual sebagian untuk keluarga di rumah. 

Danau Tigi, bentuk jantung ayam ketika di pandang dari udara ini, tidak kehabisan ikannya, walaupun masyarakat sekeliling danau Tigi, tidak pernah berhenti mencari ikan di Danau siang dan malam dengan berbagai cara seperti kelamba, mancing dan menjala, menyelam, buat kolam dengan rumput namun ikan terus bertambah tak habis-habisnya hingga kini, benar-benar menjadi sumber kehidupan. Masyarakat terutama kaum wanita, tidak pernah bosan-bosan juga untuk cari Ikan. Sehingga hampir setiap hari masyarakat makan berlauk ikan. 

Danau Tigi Bernilai Ekonomis (Value Economic) bagi Masyarakat

Masyarakat atau nelayan yang saat ini pengetahuan Ekonominya tentang pemasaran semakin berkembang seiring perubahan jaman dan kehadiran kabupaten, sehingga sudah mampu berpikir untuk memasarkan hasil penangkapannya secara prinsip bisnis, istilahnya sebagian harus di uangkan. Sebelumnya juga masyarakat biasa pasarkan namun sebatas melengkapi kebutuhan sesaat dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Konsumtif). Selain itu hasil pendapatannya sebagian disisipkan untuk kebutuhan dan biaya sekolah bagi anak-anak mereka bagi keluarga yang anaknya sekolah atau kuliah. Kami bisa pastikan bahwa banyak orang yang sudah sarjana, hasil biaya pendapatan penjualan Ikan di pasar, maupun di antar ke rumah pegawai (Guru, PNS) yang ada di kampung atau tetangga rumahnya. Melihat ini, sekarang masyarakat nelayan, pemikirannya sudah tidak konsumtif toh, tetapi berpikir kreatif untuk memenuhi kebutuhan hidup primer dan anak-anak mereka yang sedang sekolah atau kuliah.

Sistem Barter (penukaran barang dengan barang) bisa di katakan kuno, sebab sistem ini, sudah tidak dipraktekkan lagi oleh masyarakat, karena hari ini, masyarakat sudah kenal dengan yang namanya usaha atau bisnis dan apalagi sangat dimanjakan oleh uang dan semua orang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga masyarakat nelayan memasarkan hasil penangkapannya di pasar. Tetapi masyarakat yang jauh dari kota, oleh karena akses kendaraan sangat tidak memungkinkan sehingga mereka biasa jual di depan jalan besar kampungnya. Oleh karena ikan juga adalah kebutuhan manusia maka banyak pembeli, masyarakat yang lewat atau masyarakat setempat membelinya. Itulah yang biasa di lakukan oleh masyarakat nelayan. 

Tidak setiap Hari Masyarakat Menjala Ikan

Mencari ikan sejak dulu adalah pekerjaan nelayan secara individu. Nelayan tidak hanya menjadi nelayan, di waktu atau hari lain mereka harus berubah peran, karena kebutuhan primer, maka mereka harus bertani atau berkebun, atau mengikuti kegiatan keagamaan dan lainnya, sehingga tidak tidak sempat ke danau untuk cari ikan. Penjualan ikan tidak setiap hari. Jadi pendapatan mereka tidak setiap hari. 

Masyarakat Mempunyai Kolam di Samping Rumah

Setiap rumah di sekeliling danau Tigi, rata-rata memiliki 1 kolam atau lebih, selain masyarakat piara ikan juga di gunakan untuk cuci pakaian dan mandi. Namun sayang sekali, ikan-ikan yang di masukkan ke kolam itu, tidak untuk di jual tetapi untuk dikonsumsi saat-saat tertentu. Pengetahuan sejauh budidaya ikan belum ada. 

Saat ini, di sekeliling danau Tigi, banyak sarjana yang membidangi perikanan tetapi belum terlihat melakukan budidaya ikan dengan cara yang unik dan aneh di mata masyarakat; hal baru masyarakat yang kemudian menjadi pendidikan edukasi dan motivasi bagi masyarakat agar perlahan-lahan ada kesadaran dan pengetahuan setara dengan perkembangan ekonomi rakyat perkotaan bagi masyarakat. Sehingga pola penjualan ikan oleh masyarakat lebih sistematis bisnis. Intinya, mereka tidak setiap hari ke danau, tetapi setiap hari ada pendapatan dengan adanya budidaya ikan ini. 

Ini salah satu cara yang bisa di lakukan oleh kaum terpelajar untuk mendorong ekonomi rakyat, sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pemasaran bagi masyarakat demi kesejahteraan ekonomi dan kemandirian di bidang perikanan. 

Kesimpulan

Danau adalah potensi besar yang ada bagi masyarakat, untuk memulai bisnis di bidang perikanan tidak perlu lagi mencari modal, SDA sudah tersedia, oleh sebab itu, mari kita mulai berpikir untuk mengembangkan ekonomi rakyat agar masyarakat menjadi sejahtera dan mandiri dalam kehidupan ekonomi. 

Oleh: Simion Kotouki

Post a Comment

Previous Post Next Post