Gambaran Umum Pasar Waghete di masa Distrik dan Kabupaten

Keadaan hari pasar di Wakeitei

Kabupaten Deiyai adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Dulunya pernah menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Paniai. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Dasar hukum pembentukan kabupaten ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 55. Pusat pemerintahan berada di Tigi. (Wikipedia). 

Sebelum dimekarkan menjadi kabupaten Deiyai, Distrik Tigi adalah salah satu Distrik yang ada di bagian selatan kabupaten Paniai dan sekitarnya ada beberapa distrik seperti: distrik Tigi timur, distrik Tiga barat, distrik Bouwobado dan distrik Kapiraya. 

Keadaan Pasar Saat Distrik

Dari 5 distrik yang ada di wilayah selatan kabupaten Paniai, Distrik Tigi menjadi pusat kota juga pusat pemasaran hasil bumi bagi masyarakat lima distrik yang ada. Rutinitas hari pasar adalah Senin, Rabu dan Jumat, masyarakat dari berbagai penjuru sekeliling danau Tigi, wagamo dan Tigi timur datang ke pusat kota Wakeitei yang kini Waghete ibu kota Kabupaten Deiyai, untuk berdagang hasil bumi seperti Petatas, sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, ikan, Ramuan tradisional, kayu, Pagar, Rotan, Tembakau oleh Tua-tua Mee dan lainnya. Ketika itu, ada 4 unit beratap seng tempat pemasaran yang layak dengan belasan para-para jual di tengah rumah masyarakat Non Papua. Tetapi di hari-hari pasar, saking banyaknya masyarakat yang datang berdagang hasil bumi mereka sampai tidak mendapatkan tempat, sehingga dijual di pinggir-pinggir jalan.

Sebelum kabupaten Deiyai di mekarkan, akses jalan menuju Wakeitei [pusat kota] belum dibangun, masyarakat dari kampung-kampung ke pusat kota, mereka membawa barang dagangan jalan kaki. Tidak seperti sekarang yang jalannya sudah mulai akses dari kampung ke kampung juga banyak kendaraan. Satu persoalan universal yang dialami oleh masyarakat adalah ketika hari musim hujan, biasanya jalanan menjadi becek dan lumpur karena tanah di Deiyai sekeliling danau Tigi adalah tanah lembek, rawan sekali ketika musim hujan. Tetapi di hari pasar, masyarakat selalu berdatangan ke pasar Wakeitei dengan tujuannya masing-masing, terutama datang dengan membawa barang dagangan mereka tanpa kenal lelah, pecek dan lumpur tidak menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak berdagang. 

Biasanya, ketika jualan laku dan habis, hasil pendapatan mereka gunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, selain itu, melengkapi kebutuhan anak-anak sekolah atau untuk melunasi sumbangan wajib Gereja, misalnya dari panitia Natal atau pembangunan dan lainnya. Dahulu tujuan prioritas masyarakat berdagang hanya untuk itu, sebab kala itu, pengetahuan tentang usaha atau bisnis belum tahu, sehingga pola bisnisnya masih sama hingga saat ini. Apabila barang-barang dagangan yang masih bisa bertahan lama tidak laku, biasanya titip di keluarga yang ada di Wakeitei atau minta ijin ke orang untuk titip, lalu hari pasar berikutnya masyarakat datang untuk menjualnya. Misalnya jual hari Senin tapi tidak laku maka akan kembali jual pada hari Rabu.  Biasanya dilakukan seperti itu oleh masyarakat, saat masih jaman jalan kaki. 

Perkembangan Pasar Setelah Kabupaten Deiyai di Mekarkan

Setelah kehadiran kabupaten Deiyai, pasar tidak di perhatikan secara serius oleh pihak-pihak berwenang. Pada tahun 2012 Pernah ada upaya pemerintah untuk menyediakan pasar bagi masyarakat di lokasi baru tepatnya di Timipotu Waghete II, namun masyarakat tidak tertarik dengan tempat baru yang disediakan pemerintah, karena memang sangat tidak strategis bagi mereka. Sebab masyarakat di sekeliling danau Tigi, sudah membudayai pola penjualan atau pemasaran di tempat terbuka, di pinggir jalan atau tempat yang bisa dilihat oleh banyak orang [tempat ramai], jadi wajar saja, masyarakat tidak tertarik pada ketersediaan di tempat yang tersembunyi seperti di Timipotu yang jauh dari jalan besar. Bahkan kepada Pihak yang bangun pasar juga belum bangun pendekatan, komunikasi bahkan pendidikan edukatif kepada masyarakat

Pasar lama yang di bangun sejak 80an itu, sudah tidak dipakai lagi karena tanah sudah milik orang non Papua, sehingga pasar di gusur dan mereka bangun rumah pribadi mereka. masyarakat masih berdagang hasil bumi mereka di pinggiran jalan. Waghete pusat kota yang hari pasarnya masyarakat sangat ramai, di tambah lagi dengan kendaraan yang makin hari makin ramai mengakibatkan jualan mereka tidak segar lagi, sebab abu selalu di menempel pada barang dagangan masyarakat. Dampaknya bisa berakibat buruk pada kesehatan para pengonsumsinya [satu faktor merusak kesehatan]. 

Pada tahun 2020 dibangun 1 Unit pasar di masing-masing Desa sekeliling danau Tigi, namun masyarakat tidak memanfaatkan itu dan masih bertanya-tanya ini pasar apa. Paling alasan mereka tempatnya yang tidak tepat atau Pemerintah asal bangun tanpa melakukan sosialisasi atau pemahaman penyadaran kepada masyarakat. Sebab kenyataannya hari ini masyarakat masih melakukan pemasaran di pinggir-pinggir jalan. Ada titik-titik tertentu sepanjang jalan sekeliling danau masyarakat melakukan penjualan di pinggir jalan besar saat sore (Pasar sore), misalnya di Desa Bomou tepatnya di Odedimi dan Gakokebo pagi hari di pertigaan jalan dan lainnya. Sebab menurut mereka jual dipinggiran jalan lebih cepat laku daripada jauh dari jalan besar. 

Hingga Kini Belum Ada Pasar yang Layak

Sejauh pemerintah berjalan dengan kepemimpinan yang ke lima, hingga kini belum ada upaya pemerintah yang secara serius menyediakan pasar bagi mama-mama di kawasan pusat kota di tempat strategis, bisa diterima oleh masyarakat secara umum. Ini menandakan pasar mengalami kemunduran, ekonomi masyarakat biasa-biasa saja, tidak berkembang.  Apabila ada perhatian penuh oleh pemerintah terhadap pasar ini, ekonomi rakyat akan membaik, menuju kemandirian. 

Sudah Kabupaten, Sediakan Pasar

Satu sumber pendapatan daerah adalah pasar melalui perpajakan parkiran dan pajak bumi dan bangunan yang kemudian bisa di gunakan untuk membangun daerah. Oleh sebab itu, guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat dan juga pendapatan daerah maka sesegera pemerintah daerah melalui orang teknisi atau Dinas terkait harus punya program prioritas salah satunya pasar ini. Sangat di sayangkan sekali, masyarakat terlihat terlantar untuk pasar. 

Pihak-pihak berwenang harus lihat latarbelakang Pendidikan yang tidak lepas dari dukungan orang tua yang dedikasinya sangat besar untuk mencari uang guna membiayai pendidikan untuk itu, sebagai balas budi kepada masyarakat, harus lihat masyarakat dari dekat. 

Oleh: Simion Kotouki



1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post