![]() |
Gambar ilustrasi sumber Google |
Sinar Bemo - Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudara terhadap engkau tinggalkanlah persembahanmu di depan mesbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24 TB)
Tuhan Yesus mengajar satu prinsip, bahwa hubungan jauh lebih penting daripada korban. Ketika kita sedang mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan teringat ada ganjalan di dalam hati, berhentilah dan pergi berdamai dahulu. Ibadah kita kepada Tuhan menjadi terkendala manakala hubungan dengan sesama tidak beres. Tuhan tidak dapat menerima persembahan kita, doa kita, ketika ada permusuhan yang belum terselesaikan. Hubungan lebih penting daripada kewajiban agamawi.
Seluruh isi Alkitab dapat diringkas dalam dua hukum yang terutama, yaitu: pertama, "kasihilah Tuhan allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Kedua, "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum taurat dan kitab para nabi. Kebenaran ini mengajar kepada kita sebagai manusia sosial untuk membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama.
Dua Jenis Hubungan
Dua hukum yang terutama dalam Alkitab berbicara tentang dua jenis hubungan yang paling penting. Pertama kita harus memiliki hubungan baik dengan Sang pencipta, kemudian dengan sesama. Jika hubungan dengan Tuhan baik, maka dijamin hubungan dengan sesama baik. Karena hubungan yang baik dengan Tuhan akan menolong yang bersangkutan melakukan norma-norma yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tidak mungkin memiliki hubungan benar dengan sesama, jika kita tidak benar hubungan dengan Tuhan.
Hubungan Vertikal (Manusia dengan Tuhan)
Manusia sebagai partner Tuhan di muka bumi, Ia diberi kuasa untuk mengusahakan dan memelihara bumi agar menghasilkan sesuatu yang baik bagi kehidupan. Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka hubungan terputus, komunikasi terputus, dan kehilangan kuasa. Dosa pemberontakan menjadi akar masalah. Untuk memulihkan hubungan harus membereskan dosa.
Firman Tuhan mengatakan: "sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan alam ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2 TB)
Hubungan yang terputus membuat komunikasi terputus, doa terputus berkat terputus, segala yang baik yang seharusnya menjadi bagian kita menjadi terhenti. Hubungan yang poli akan membuat doa kita didengar dan tangan Tuhan terulur untuk memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya.
Hubungan Horizontal (Manusia dengan Sesama)
Berbagai persoalan hidup terjadi karena hubungan yang rusak. Jika persoalan yang menyangkut hubungan antar sesama dapat dipecahkan, maka tak akan ada penceraian, perang, perselisihan buruh dan majikan atau sesama karyawan.
Hubungan yang baik akan menghasilkan: pernikahan utuh, rumah tangga harmonis, usaha berhasil, gereja yang melayani, pemerintahan baik, serta bangsa yang kuat. Sebaliknya, hubungan yang buruk akan menghasilkan: kekacauan pernikahan, kehancuran rumah tangga, kegagalan usaha, perpecahan gereja, keburukan pemerintahan, dan bangsa yang rapuh.
Menjaga hubungan dengan sesama tidak beres, itu mencerminkan kondisi rohani kita sedang sakit, membutuhkan kebutuhan.
Tuhan hendak menggunakan hubungan-hubungan kita sebagai jembatan untuk menjangkau orang-orang, supaya mereka masuk dalam keluarga-Nya yang kekal. Kita ditetapkan menjadi garam dan terang dunia. Garam menambah rasa, mencegah kerusakan, membuat orang haus. Terang menolong orang melihat arah tujuan yang jelas. Tuhan mau memakai setiap kehidupan kita untuk menjalani dan menerangi lewat hubungan.
Kebenaran Tentang Hubungan
1. Hal-hal terbaik dalam hidup seperti kesuksesan kebahagiaan kasih tergantung pada kemampuan kita untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang baik.
2. Anda akan lebih menikmati hidup bila anda menikmati untuk berada bersama orang-orang.
3. Anda akan mencapai lebih jauh dalam hidup ini bila orang-orang menikmati untuk bersama Anda.
Kasih Sebagai Pengikat Hubungan (Roma 12:9-21)
Kasih tidak dapat disalurkan tanpa ada hubungan. Sebaliknya hubungan tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa pengikat kasih. Hubungan yang dipenuhi kasih seperti dua sisi mata uang, semuanya penting.
Rasul Paulus mengajar tentang kasih sebagai pengikat hubungan, agar hubungan dapat dibangun dengan baik dan hubungan yang rusak dapat diperbaiki. Perhatikanlah prinsip-prinsip yang diajarkan kepada kita yang terdapat dalam kitab Roma:
Kasih itu Jangan Pura-pura (Tulus)
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat Dan lakukanlah yang baik. (Ayat 9)
Dasar pertama dalam hubungan adalah ketulusan. Kasih yang tulus berarti kasih yang murni, melakukan sesuatu dengan ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Banyak orang hidup dalam kepura-puraan. Segala sesuatu yang pura-pura atau munafik akan menyakitkan orang lain dan merusak hubungan.
Contohnya: pura-pura sakit berartinya sedang mencari perhatian; pura-pura capek berarti malas; pura-pura cinta berarti pengkhianat.
Mendahului dalam Memberi Hormat (Respek)
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Ayat 10)
Manusia pada prinsipnya senang dihormati, entah apapun posisi dan status sosialnya. Dalam membangun hubungan, kita harus belajar ramah dan respek terhadap semua orang, apalagi mereka yang lebih tua atau yang dituakan karena jabatannya. Alkitab mengajarkan agar kita Jangan mengejek atau menindas orang yang hina. Jika kita melakukan hal itu, kita menghina Sang pencipta.
Ketika kita menghormati orang lain, sesungguhnya kita sedang menaikkan derajat orang lain dan derajat kita sendiri. Berilah hormat kepada orang yang hendak menerima hormat.
Menyala-nyala dalam Melayani Tuhan (Semangat)
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala layanilah Tuhan. (Ayat 11)
Orang-orang menjadi semangat, ketika melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Contohnya: orang semangat kalau mau gajian; semangat kalau mau ketemu pacar; semangat ketika mau wisuda; semangat karena naik jabatan, dan sebagainya.
Dibutuhkan motivasi diri untuk menjadi orang yang semangat. Orang akan senang merasakan kehangatan sambutan kita. Hampir dipastikan kita lebih senang melihat orang semangat dalam melakukan sesuatu daripada melihat orang yang loyo.
Berdukacita, Bersabar, dan Bertekun (Pengharapan)
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Ayat 12)
Pengharapan itu seperti jangkar yang kuat dan aman bagi jiwa. Anda akan mampu menghadapi berbagai tekanan karena doa dan pengharapan. Amsal 23:18 mengatakan: "karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang." Orang-orang yang memiliki hubungan yang baik akan lebih memiliki peluang peluang yang baik untuk berhasil dalam hidupnya.
Membantu Kekurangan Orang Kudus (Murah Hati)
Bantul dalam kekurangan orang-orang Kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan. (Ayat 13)
Kedatangan seorang yang murah hati selalu dinanti-nantikan dan disambut. Sebaliknya, mungkin orang akan menghindar bila didatangi orang yang suka meminta-minta. Betapa besar perbedaan antara si pemberi dan si peminta. Hubungan menjadi kandas jika satu pihak hanya mau meminta dan menerima. Sebaliknya, hubungan akan menjadi baik jika didasari dengan hati yang memberi.
Firman Tuhan mengatakan: "hendaklah kamu murah hati, sama seperti bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36 TB) murah hati adalah cerminan dari sifat Bapa sorgawi. Kalau status kita anak Bapak, maka seharusnya kita menjadi orang-orang yang murah hati.
Ilustrasi: ada dua buah sumur. Sumur yang pertama jarang ditimba airnya dan sumur yang kedua sering ditimpa airnya. Sumur yang jarang di timba airnya akan bau dan tidak layak untuk diminum. Demikianlah kehidupan kita, semakin kita murah hati semakin banyak orang dapat menerima kita karena telah menyegarkan banyak orang.
Memberi Orang yang Menganiaya (Memberkati)
Berkatilah Siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk. (Ayat 14)
Untuk bisa menjadi berkat kita sendiri harus memiliki berkat. Memang kita telah ditetapkan untuk menjadi saluran berkat, tetapi tanpa kesiapan yang baik tidak mungkin itu terjadi. "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Galatia 3:8 TB).
Hukum menyatakan bahwa mereka yang memberkati derajatnya lebih tinggi. Jika kita hidup selalu berpikir bagaimana memberkati sesama, maka kita akan diangkat naik lebih tinggi. Kita tidak perlu mencari posisi untuk berada ditempat tinggi, jadilah berkat bagi sesama, maka posisi anda akan naik dengan sendirinya.
Merasakan Apa yang Orang Lain Alami (Empati)
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita Dan menangislah dengan orang yang menangis. (Ayat 15)
Kebanyakan orang yang tidak peduli dengan keadaan orang lain. CS go is an dan mau menang sendiri hampir mewarnai berbagai bidang kehidupan di hari hari ini. Di kota-kota besar, walaupun banyak penghuninya, tetapi semakin banyak orang kesepian, karena masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri.
Empati berarti ikut merasakan dan memikirkan apa yang orang lain sedang merasakan dan pikirkan. Contoh: orang kedudukan, ia tidak membutuhkan nasihat yang canggih melainkan empati. Mengidentifikasikan diri dengan orang yang dalam kesusahan. Akan menolong orang tersebut merasa kehangatan kasih.
Memikirkan Hal-hal yang Sederhana (Kasih)
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! (Ayat 16)
Pepatah mengatakan: duduk sama, rendah berdiri sama tinggi. Salah satu pembuat jarak antara satu orang dengan yang lain adalah status sosial. Jika kita dapat menempatkan diri sejajar dengan orang yang kita sedang ajak bicara atau layani maka orang tersebut tidak akan canggung terhadap kita.
Di mana pun kita berada kita harus belajar menyesuaikan diri dengan orang-orang sekitar kita. Dengan demikian kita bisa menjalin hubungan baik dengan mereka. Hubungan baik adalah alat paling ampuh untuk menyalurkan kasih Tuhan.
Membalas Kejahatan dengan Kebaikan (Mengampuni)
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! (Ayat 17)
Semua orang pernah disakiti hatinya dan menyakiti hatinya orang lain. Baik yang disakiti maupun yang mendekati sama-sama tidak enak. Sakit hati lebih sakit dari sakit tubuh. Tidak membalas jahat dengan jahat, Itu saja sudah baik; apalagi membalas kejahatan dengan kebaikan itu luar biasa.
Alkitab mengajarkan kepada kita: "sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, seperti Tuhan telah mengampuni kamu kamu perbuat juga demikian." (Kol 3:13 TB)
Tanpa pengampunan tidak mungkin ada hubungan yang dipulihkan. Setiap pribadi memiliki karakter, latar belakang kebiasaan, dan keinginan berbeda; adalah mustahil mendapati orang-orang yang semuanya cocok, tanpa konflik sedikitpun.
Di dalam ruang Hati harus tersedia ruang pengampunan. Ruang itu digunakan untuk orang lain menyakiti, mengecewakan, menyusahkan, bahkan merugikan. Jadikan pengampunan sebagai gaya hidup, sehingga kita mampu mengatasi konflik. Banyak hubungan terputus karena ketidaksediaan seseorang untuk mengampuni kesalahan orang lain.
Mengusahakan Perdamaian dengan Sesama (Pendamai)
Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Ayat 18)
Orang-orang yang bertanggung jawab suka menjadi juru damai. Kita harus belajar mengambil inisiatif untuk berdamai. Anda bertanggungjawab dengan apa yang Anda lakukan, dan biarkan orang lain mengambil tanggung jawabnya sendiri.
Ketika Adam dan hawa jatuh dalam dosa hubungan mereka dengan Tuhan terputus, dan hubungan dengan pasangan terganggu. Sekalipun kesalahan dilakukan oleh manusia, namun inisiatif datang dari Tuhan. Tuhan memanggil Adam: "Adam, Adam dimana engkau?" Tuhan mendamaikan diri-Nya dengan manusia melalui korban binatang dan ia membuatkan pakaian dari kulit binatang, supaya tidak kelihatan telanjang.
Kesimpulan
Kita adalah manusia sosial yang di ciptakan oleh Tuhan. Oleh sebab itu hiduplah dalam kasih bagi Tuhan dan sesama sebagai wujud nyata dari hukum yang terutama dalam kehidupan kekristenan kita.
Mion
Referensi: Book "Becoming SocialMan" pengarang Theofilus Purwanto.
Post a Comment