![]() |
Suasana Paskah saat penyampaian materi Dampak Medsos oleh Yanpit Kotouki, S.I.Kom, Sabtu, 19 April 2024 di Gedung gereja Nafiri Atouda |
Oleh: Simion Kotouki
Sinar Bemo - Pada 18–20 April 2025, saya berkesempatan menyaksikan sebuah momen yang luar biasa: Kemping Paskah Anak dan Remaja Klasis Tigi Koordinator Deiyai. Bertempat di Gereja Kingmi Jemaat Nafiri Atouda, kegiatan ini bukan hanya sebuah acara rutin tahunan, tetapi sebuah peristiwa rohani dan pendidikan karakter yang penuh makna.
Kegiatan ini diketuai oleh Apince Pakage, S.Tr.Gz, dan melibatkan 18 jemaat serta Pos PI di lingkungan Klasis Tigi. Bukan perkara mudah mengumpulkan ratusan anak dan remaja dari berbagai wilayah, namun melalui kerja sama dan komitmen yang kuat, acara ini terlaksana dengan sangat baik. Suasana yang saya saksikan bukan sekadar kemeriahan, tetapi juga semangat untuk bertumbuh dalam iman dan karakter.
![]() |
Anak sekolah minggu sedang memperagakan game bermakna kebenaran. |
Kemping: Lebih dari Sekadar Berkumpul
Kegiatan dibuka secara resmi dengan ibadah dan seremonial yang dihadiri Bupati Deiyai, Melkianus Mote, ST, serta pimpinan gereja, Obaja Pakage, S.Th, bersama para intelektual Gereja Kingmi. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa pembinaan anak dan remaja adalah agenda besar yang mendapat perhatian semua lapisan masyarakat. Ini bukan sekadar acara, melainkan sebuah investasi masa depan.
Dalam kemping ini, para peserta dibagi dalam kelompok kecil. Mereka diajak membuat yel-yel dan lagu kelompok, bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi untuk mengasah kekompakan, kreativitas, dan rasa percaya diri. Saya melihat di sana, bibit-bibit kepemimpinan ditanamkan dengan cara yang sederhana namun efektif.
Seminar dan Pembinaan: Mengasah Pikiran dan Hati
Hari kedua penuh dengan kegiatan pembinaan. Seminar-seminar yang dihadirkan tidak hanya teoritis, tetapi sangat relevan dengan tantangan zaman ini.
Aleksander Dogopia, SP mengingatkan anak-anak dan remaja tentang bahaya pergaulan bebas. Ini adalah langkah penting karena kita semua tahu, pengaruh negatif teman sebaya seringkali menjadi batu sandungan utama dalam perjalanan hidup anak muda.
Materi tentang manajemen waktu dari Yehezkiel Kotouki, SH, menjadi alarm bahwa masa muda adalah fase paling kritis untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik. Jika sejak dini anak-anak diajarkan untuk mengatur waktu, maka kelak mereka akan menjadi pribadi yang disiplin dan produktif.
Dan Yanpit Kotouki, melalui materinya tentang dampak media sosial, membuka mata banyak peserta — bahwa di balik kecanggihan teknologi, ada jebakan kecanduan yang bisa merusak masa depan jika tidak disikapi dengan bijak.
Tidak berhenti di seminar, peserta diajak berdiskusi dan mempresentasikan hasil pemikiran mereka. Ini adalah pendekatan aktif yang tidak sekadar mengisi waktu, tetapi mendorong peserta berpikir kritis, berani berbicara di depan umum, dan mendengar satu sama lain.
Ibadah Malam dan Pawai Obor: Menyentuh Jiwa
Salah satu momen yang paling menyentuh hati saya adalah Ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) pada Sabtu malam, diikuti oleh Pawai Obor saat dini hari. Di bawah sinar obor yang sederhana namun penuh simbolisme, ratusan anak dan remaja berjalan sambil memuliakan nama Tuhan.
Saya merenung saat melihat obor-obor itu: betapa besar harapan kita agar iman mereka tetap menyala di tengah kegelapan dunia. Penyalaan api unggun, pengakuan dosa bersama, dan perayaan kemenangan Kristus melalui pencarian telur Paskah menjadi puncak emosional yang membekas dalam ingatan banyak orang, termasuk saya.
Penutupan: Simbol Perjalanan yang Baru
Penutupan acara dilakukan dengan pelepasan nametag perwakilan peserta putra dan putri. Sebuah simbol sederhana, namun penuh makna: mereka tidak hanya menutup satu kegiatan, tetapi juga memulai perjalanan baru sebagai pribadi yang lebih matang dalam iman, karakter, dan cita-cita.
![]() |
Generasi Kingmi, PAR Klasis Tigi kordinator Deiyai |
Refleksi: Membangun Masa Depan dari Sekarang
Kemping Paskah ini mengajarkan kita bahwa membina generasi penerus bangsa bukan hanya tugas sekolah atau keluarga, tetapi juga tugas gereja dan masyarakat. Acara seperti ini adalah bentuk nyata dari kepedulian kita terhadap masa depan.
Kita tidak bisa hanya berharap anak-anak kita menjadi baik dengan sendirinya. Mereka harus diperlengkapi, dibimbing, dan dicintai dalam suasana yang mendukung pertumbuhan mereka — secara spiritual, emosional, dan intelektual.
Melihat antusiasme para peserta, dedikasi para panitia, dan dukungan para orang tua serta gereja, saya optimis: jika kegiatan seperti ini terus dilakukan dengan semangat yang sama, masa depan Klasis Tigi, Deiyai, bahkan Papua, akan cerah. Karena masa depan itu sedang dibentuk hari ini — dalam semangat obor kecil yang terus menyala di hati anak-anak kita.
Luarbiasa...
ReplyDeletePost a Comment